Selasa, 27 Maret 2012

Ikan Raja Laut

Ikan Raja Laut (Coelacanth) Ikan Purba

Ikan raja laut atau Coelacanth merupakan ikan purba yang banyak hidup pada 360 juta tahun yang lalu. Ikan raja laut yang dikenal sebagai Coelacanth kini hanya tersisa dua spesies yaitu Latimeria menadoensis (Indonesia Coelacanth) dan Latimeria chalumnae (Comoro Coelacanth). Sedangkan berbagai jenis lainnya, sekitar 120 spesies, dinyatakan telah punah dan hanya ditemukan fosilnya saja.
Coelacanth adalah jenis ikan berparu-paru yang dipercaya sebagian ahli sebagai nenek moyang tetrapoda, yaitu nenek moyang binatang yang hidup di darat termasuk manusia. Ikan raja laut atau Coelacanth mempunyai habitat di lautan dalam, 700 meter di bawah permukaan laut. Meskipun terkadang ikan purba ini bisa berada di kedalaman laut 200 meter.
Ikan raja laut (Coelacanth) telah dianggap punah pada 65 juta tahun yang silam. Ke-120 spesies hanya dikenali dari berbagai fosil yang ditemukan. Namun pada 1938, seekor coelacanth hidup tertangkap oleh jaring hiu di Chalumna, Afrika Selatan.

Terumbu Karang

Berkenalan dengan Terumbu Karang Indonesia

Raja Ampat ReefTerumbu karang (coral reef) di Indonesia merupakan yang terkaya di dunia. Diperkirakan dari total luas terumbu karang di dunia yang mencapai 284.300 km2, 18 % (85.200 km2) diantaranya berada di wilayah Indonesia. Hal ini juga berkaitan dengan Indonesia yang sebagai negara maritim terbesar di dunia yang memiliki perairan seluas 93 ribu km2. Terumbu karang Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2.500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis udang-udangan. Sejauh ini telah tercatat lebih dari 750 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga terdapat di Indonesia.

KantongSemar




Sabtu, 03 Maret 2012


FLORA FAUNA 10

Jenis-jenis Tanaman Bunga Kantong Semar Sulawesi

Jenis-jenis tanaman bungan kantong semar (Nepenthes) ternyata didapati juga di Sulawesi. Pulau Sulawesi menjadi pulau dengan jenis spesies kantong semar terbanyak ketiga di Indonesia setelah Sumatera dan Kalimantan.
Di pulau sulawesi ini sedikitnya terdapat 9 spesies bunga kantong semar alami yang lima di antaranya merupakan tanaman endemik pulau ini. Sedangkan empat jenis lainnya, meskipun asli Sulawesi namun bisa ditemukan di pulau lainnya.
Berikut adalah daftar jenis tanaman bunga kantong semar (Nepenthes) yang merupakan tanaman endemik Sulawesi.
  1. Nepenthes eymae (endemik Sulawesi Tengah).
  2. Nepenthes glabrata (endemik Sulawesi Tengah).
  3. Nepenthes hamata (endemik Sulawesi)
  4. Nepenthes pitopangii (endemik Taman Nasional Lore Lindu)
  5. Nepenthes tomoriana (endemik Sulawesi)
Berikut merupakan daftar jenis tanaman bunga kantong semar (Nepenthes) asli Sulawesi namun dapat ditemukan di tempat lain (bukan endemik).
  1. Nepenthes gracilis. Terdapat di Brunei Darussalam, Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, Sumatera); Malaysia (Semenanjung Malaysia, Sabah, Sarawak), Singapura, dan Thailand.
  2. Nepenthes maxima. Terdapat di Indonesia (Papua, Maluku, Sulawesi) dan Papua New Guinea.
  3. Nepenthes mirabilis. Terdapat di Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, China, Indonesia (Papua, Kalimantan), Laos, Malaysia (Semenanjung Malaysia, Sabah, Sarawak); Papua New Guinea, Filipina; Thailand, dan Vietnam.
  4. Nepenthes tentaculata. Terdapat di Indonesia (Kalimantan, Sulawesi) dan Malaysia.
Berikut ini gambar (foto) kesembilan jenis (spesies) kantong semar alami yang asli pulau Sulawesi Indonesia.

Kaktus




Sabtu, 03 Maret 2012


FLORA FAUNA 9

Kaktus


?Kaktus
Ferocactus pilosus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Caryophyllales
Famili: Cactaceae
Juss.
Marga
Lihat Taksonomi kaktus
Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga famili Cactaceae.
Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang kering (gurun) Kata jamak untuk kaktus adalah kakt. Kaktus memiliki akar yang panjang untuk mencari air dan memperlebar penyerapan air dalam tanah Air yang diserap kaktus disimpan dalam ruang di batangnya Kaktus juga memiliki daun yang berubah bentuk menjadi duri sehingga dapat mengurangi penguapan air lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air

[sunting] Sejarah

Penemuan tentang kaktus dipercayai telah dimulai lama sebelum bangsa Eropa menemukan Dunia Baru. Namun, berbagai informasi mengenai tumbuhan tersebut hilang ketika terjadi penjajahan oleh Spanyol. Referensi pertama mengenai tanaman kaktus ditemukan pada abad ke-16 di dalam bab 16 dari buku Historia general y natural de las Indias (1535). Penulis buku tersebut, Hernandez de Oviedo y Valdez mendeskripsikan kaktus sebagai tanaman yang memiliki duri yang khas dan buah yang unik. Sebagian besar spesies kaktus berasal dari Amerika Utara, Selatan, dan Tengah. Genus kaktus pertama yang diimpor ke Eropa adalah Melocactus. Seorang botaniawan asal Swedia, Carl Linnaeus, memberikan nama kaktus yang diambil dari bahasa Yunani Κακτος kaktos. Dalam bahasa Yunani klasik, kata tersebut memiliki makna tanaman liar berduri.

[sunting] Habitat

Hanya seperempat dari keseluruhan total spesies kaktus yang hidup di daerah gurun.Sisanya hidup pada daerah semi-gurun, padang rumput kering, hutan meranggas, atau padang rumput. Umumnya, tumbuhan ini hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis.

[sunting] Morfologi

Kaktus termasuk ke dalam golongan tanaman sukulen karena mampu menyimpan persediaan air di batangnya. Batang tanaman ini mampu menampung volume air yang besar dan memiliki bentuk yang bervariasi. Untuk dapat bertahan di daerah gurun yang gersang, kaktus memiliki metabolisme tertentu. Tumbuhan ini membuka stomatanya di malam hari ketika cuaca lebih dingin dibandingkan siang hari yang terik. Pada malam hari, kaktus juga mengambil CO2 dari lingkungan dan menyimpannya di vakuola untuk digunakan ketika fotosintesis berlangsung (terutama pada siang hari).Banyak spesies dari kaktus yang memiliki duri yang panjang serta tajam. Duri tersebut merupakan modifikasi dari daun dan dimanfaatkan sebagai proteksi terhadap herbivora. Bunga kaktus yang berfungsi dalam reproduksi tumbuh dari bagian ketiak atau areola dan melekat pada tumbuhan serta tidak memiliki tangkai bunga

Kaktus dengan duri yang panjang serta tajam.

[sunting] Hama dan penyakit

Penyakit yang umumnya menyerang kaktus disebabkan oleh bakteri dan cendawan Infeksi akibat bakteri dan cendawan dapat menyebar dengan cepat sehingga perlu dilakukan pembuangan bagian yang terinfeksi kemudian dilakukan pencangkokan. Hama yang sering menyerang kaktus adalah tungau (Tetranychus urticae) dan kutu yang menghisap cairan kaktus.Kerusakan bagian tertentu dari kaktus juga dapat disebabkan terbakarnya jaringan akibat sinar matahari. Apabila kaktus yang biasa diletakkan di tempat teduh secara tiba-tiba dipindahkan ke lokasi yang terkena sinar matahari secara langsung maka akan timbul perubahan warna menjadi putih atau coklat pada bagian yang terekspos oleh sinar matahari.

[sunting] Kegunaan kaktus bagi manusia

Berbagai jenis kaktus telah lama dimanfaatkan manusia sebagai sumber pangan, salah satunya adalah Opunta.i Spesies ini banyak dikultivasi untuk diambil buah dan batang mudanyaBuah Opuntia banyak diolah menjadi selai yang disebut queso de tunaSementara itu, batang muda Opuntia yang dikenal sebagai nopalitos akan dikuliti dan digoreng, dikukus, atau diolah menjadi acar dalam cuka asam-manis. Sekarang ini, Opuntia juga masih dimanfaatkan sebagai pakan ternak, kosmetik, dan obat-obatan Dulunya, spesies kaktus Carnegiea gigantean dimanfaatkan sebagai bahan dasar tepung untuk pembuatan roti. Namun tepung ini sudah tidak lagi dimanfaatkan karena masyarakat lebih menyukai tepung dari jagung.Bagian akar dari Echinocactus platycanthus juga diolah dalam cairan gula untuk dijadikan permenBagian akar berkayu ataupun pembuluh vaskular yang mengandung lignin dari kaktus juga dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan bahan bakar.[5]

[sunting] Konservasi kaktus

Dewasa ini, berbagai spesies kaktus terancam punah karena adanya perusakan habitat alaminya dan eksplorasi berlebihan yang dilakukan manusia. Dulunya, kaktus diimpor dalam jumlah besar ke Amerika Serikat, Eropa, Australia, dan Jepang karena termasuk komoditi yang menguntungkan Namun, perdagangan kaktus tersebut mulai dihentikan sebelum Perang Dunia II Saat ini, kaktus termasuk di dalam daftar Apendiks I dan II Convention on Internasional Trade in Endangered Species (CITES) yang memberikan proteksi kepada tanaman ini. CITES juga menggalakkan usaha propagasi buatan untuk melestarikan kaktus. Tanaman hasil propagasi atau perbanyakan buatan merupakan tanaman yang berasal dari biji, propagula, maupun stek yang ditanam pada lingkungan terkontrol. Beberapa negara juga melarang dengan keras perdagangan kaktus, terutama ke luar negeri Beberapa usaha konservasi kaktus pun telah dilakukan, di antaranya adalah pelestarian ex situ di dalam tanaman botani Hal.128-138

0 komentar:


Poskan Komentar




Perubahan Warna Daun




Sabtu, 03 Maret 2012


FLORA FAUNA 8

Mengapa daun berubah warna saat musim gugur?


face_00010Daun pepohonan dan tanaman-tanaman lain mengandung tiga pigmen utama yakni: karoten, antosianin, dan pigmen fotosintetik (klorofil), yang menangkap energi matahari untuk membuat makanan bagi tanaman. Sebagai pigmen yang paling melimpah, klorofil merupakan zat yang memberikan warna hijau bagi daun di musim semi dan musim panas.
Zat kimia lain pada daun, auksin, mengontrol sekelompok sel tertentu pada dasar masing-masing batang daun, yang disebut lapisan absisi. Selama musim pertumbuhan, auksin mencegah lapisan ini terbentuk sempurna dan memblokir tabung-tabung internal kecil yang menghubungkan masing-masing daun dengan bagian sistem sirkulasi lainnya pada pepohonan.
Akan tetapi, pada musim gugur, hari-hari yang lebih dingin dan lebih singkat memicu terhentinya produksi auksin, sehingga memungkinkan lapisan absisi tumbuh dan menghambat sirkulasi air, nutrien dan gula ke daun. Ketika ini terjadi, klorofil mengalami disintegrasi dengan cepat, sehingga membiarkan karoten menampakkan warnanya seperti warna kuning pada daun maple, pohon yang berdaun ringan (aspen), dan daun pohon birch. Sementara itu, antosianin memberikan warna oranye dan merah bagi pohon maple, pohon sumacs dan pohon ek. Jika sinar matahari kurang, antosianin tidak begitu aktif secara kimiawi dan daun lebih berwarna oranye atau kuning dibanding berwarna merah.

0 komentar:


Poskan Komentar






Bunga Raflesia




Sabtu, 03 Maret 2012


FLORA FAUNA 7

PENGERTIAN RAFLESIA ARNOLDI 
 Lenka, turis asal Ceko berusia sekitar 40 tahun, menangis sesenggukan pada akhir 2009 lalu di hutan lindung Bukit Daun, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Ia tidak mau berpisah dari bunga Rafflesia arnoldii, satu jenis puspa langka endemik Sumatera yang tumbuh di Bengkulu.

Sebelumnya, setelah kegirangan karena berhasil melihat langsung raflesia, dengan penuh keyakinan Lenka mendekatkan kepalanya ke lubang bunga yang tengah mekar. Hidungnya menempel ke pinggir lubang, dan Lenka pun menghirup dalam-dalam aroma yang menguar dari dalam lubang bunga berdiameter 20 sentimeter di bagian tengah lima kelopak bunga langka yang saat mekar berdiameter 80 sentimeter itu.

Tidak terjadi apa-apa. Lenka tidak pingsan, apalagi keracunan. Kekaguman yang sama segera menular kepada turis mancanegara lain yang saat itu ikut melihat.

“Tindakan Lenka sekaligus mematahkan pemahaman tentang bunga raflesia selama ini,” tutur Burmansyah (37), anggota Tim Peduli Puspa Langka (TPPL) Bengkulu, saat menemani tim ekspedisi Jelajah Musi 2010 melihat bunga raflesia jenis arnoldii yang segera mekar di hutan lindung Bukit Daun, Kepahiang, Selasa (16/2/10).

Selama ini, ujar Burmansyah, masyarakat cenderung memahami bunga raflesia sebagai bunga bangkai. Pemahaman tersebut harus diluruskan.

Semangat Lenka yang melihat raflesia mekar itu segera menular kepada kami saat memasuki hutan lindung Bukit Daun. Pacet, binatang pengisap darah yang kerap menempel di kaki atau tangan, tidak menghalangi perjalanan ke lokasi bunga langka nan indah itu.

Lokasinya di lereng dengan kemiringan sekitar 60 derajat, persis di atas salah satu mata air yang mengalirkan air ke Sungai Ketapang. Sungai ini bermuara di Sungai Musi di daerah Kepahiang.

Hutan yang merupakan habitat tumbuhnya raflesia yang ditemukan TPPL terletak lima kilometer dari pusat Desa Tebat Monok, Kepahiang. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki 250 meter ke salah satu tempat bunga ditemukan di dalam hutan itu.

Baru berjalan sejauh 150 meter ke dalam hutan, Burmansyah tiba-tiba berhenti. Tangannya menunjuk-nunjuk ke arah batang pohon yang menggelantung. “Itulah batang tanaman raflesia atau disebut juga liana,” ujarnya.
Mengikuti petunjuk Burmansyah, jika dalam perjalanan di hutan sudah ditemui liana, kita akan segera bertemu si eksotis Rafflesia arnoldii. Setelah berjalan di aliran mata air jernih, perjalanan berakhir di bagian hutan dengan kemiringan hampir 60 derajat. Tepat di bagian akar pohon, segumpal bunga warna oranye kemerahan tampak. “Ini bunga raflesia yang hampir mekar. Kami perkirakan akan mekar lima hari lagi,” ujar Holidin (42), anggota TPPL lainnya.

Raflesia tumbuh di batang menjalar yang menempel di tanah sebagai tempat tumbuhnya bunga. Di sepanjang batang yang menempel di tanah yang basah, tampak enam tonjolan kecil alias tunas-tunas kecil mirip kutil berwarna hitam kecoklatan, bakal raflesia. Di rebahan batang paling bawah terlihat bunga raflesia berdiameter 40 sentimeter yang hampir mekar, di bagian atas terlihat tonjolan-tonjolan calon bunga.

Menurut Holidin, bunga raflesia butuh waktu sembilan bulan untuk tumbuh dan mekar. Pertumbuhan diawali dengan munculnya tunas berbentuk tonjolan mirip kutil di batang. Tunas akan terus tumbuh membesar dalam bentuk bulat seperti kol, namun terselubungi kulit berwarna hitam. Setelah sembilan bulan, kulit akan terkelupas sehingga kelopak bunga yang berwarna merah akan terlihat. Menurut Holidin, bunga itu tidak mengisap serangga atau lalat. Bunga raflesia jenis arnoldii yang kami lihat akan mekar juga tidak menyebabkan keracunan.

Perbedaan makin jelas saat kami mampir ke lokasi pembudidayaan bunga bangkai dari jenis Amorphophallus titanium di Kampung 4 Mess, Desa Tebat Monok, Kepahiang, di belakang rumah adik Holidin, Zul Zum Dihamzah (40).

Di lokasi itu, tampak Amorphopallus titanium, salah satu jenis bunga bangkai, tumbuh. Amorphophallus adalah bunga bangkai yang tumbuh dari umbi.

Jumadi (22), anggota TPPL lainnya, mengatakan, Amorphophallus tumbuh tinggi hingga semeter lebih dan besar seperti lonceng terbalik. Bunga itu juga memiliki bonggol berbentuk seperti tugu di tengah- tengah kelopak bunga.

Setiap kali berbunga, Amorphophallus butuh waktu 22 hari mulai kuncup hingga mekar. Amorphophallus hanya tahan mekar satu hari. Pagi mekar dan sore hari layu. Amorphophallus juga menyiarkan bau busuk, namun lebih seperti bau bangkai yang bisa tercium dari jarak 100 meter.

Referensi lain dari Pusat Informasi Kompas (PIK) menyebutkan, Amorphophallus titanium adalah bunga bangkai yang pertama kali ditemukan tahun 1878 di Kepahiang, Bengkulu, oleh Odoardo Beccari, botanis Italia.

Sementara Rafflesia arnoldii ditemukan oleh Thomas Stanford Raffles, Gubernur Bengkulu pada waktu itu, bersama kawannya, Dr Joseph Arnold. Keduanya menemukan bunga raflesia pada 20 Mei 1818 di Pulau Lebar, dekat Sungai Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan.

Terkait dengan penyebarluasan pengetahuan tentang raflesia, TPPL yang terdiri atas empat orang kakak-beradik itu melakukan pengamatan dan pelestarian raflesia sejak tahun 2000. Secara otodidak, mereka mempelajari tempat tumbuh bunga, pertumbuhan bunga, dan liana atau batang raflesia itu sendiri.
Selama 10 tahun terus-menerus mengamati, mereka yakin raflesia adalah bunga yang tumbuh di batang berakar, bukan bunga parasit yang berkembang dari spora. Bunga raflesia muncul dari liana yang rebah di tanah dan dari liana muncul tunas bunga raflesia.

Jumadi mengatakan, raflesia juga hanya tumbuh di satu jenis liana, yaitu liana dengan daging batang berwarna putih dan berdaun dengan lebar tidak lebih dari tujuh sentimeter. “Ada macam-macam liana, namun hanya pada liana jenis itu raflesia tumbuh,” ujar Jumadi.

TPPL memahami liana sebagai tanaman merambat yang tumbuh di dalam hutan hujan tropis lembab, bercurah hujan tinggi, gelap di bagian bawah kanopinya, dan hijau sepanjang tahun. Untuk bisa hidup, liana harus tumbuh dekat dengan air atau di tanah yang mengandung air.

Untuk membuktikan hipotesis dari pengamatan selama ini, sejak tahun 2009 TPPL mulai membudidayakan liana. Mereka menyetek batang liana. Raflesia adalah bunga yang tumbuh dengan akar, bukan tanaman parasit.

Pemahaman TPPL itu sangat berbeda dengan pemahaman para ahli yang ditemukan di PIK serta kajian di dalam buku The Ecology of Sumatra, The Ecology of Indonesia Series Volume I.

Anggota TPPL berusaha agar raflesia tidak diganggu tangan-tangan jahil. Padahal, sejak 1978 raflesia sudah dinyatakan nyaris punah dan harus dilindungi. Pemerintah melalui Keppres Nomor 4 Tahun 1993 sudah menetapkan raflesia sebagai puspa langka nasional. TPPL akan berupaya menjaga terus habitat bunga langka itu.

0 komentar:


Poskan Komentar