Selasa, 20 Maret 2012

Kemiskinan Dunia

JAKARTA - Bank Dunia memperkirakan sekitar satu miliar orang masih akan berada dalam taraf kemiskinan “ekstrim” pada tahun 2015 meski terdapat kemajuan dalam mengatasi berbagai kemiskinan ekstrim di berbagai negara berkembang.
“Pada laju kemajuan (mengatasi kemiskinan ekstrem) sekarang ini, diperkirakan sekitar satu miliar orang tetap akan hidup dalam kemiskinan ekstrem pada 2015,” kata Direktur Grup Riset Bank Dunia, Martin Ravallion, dalam keterangan pers, Senin (5/3/2012). Menurut Martin Ravallion, negara-negara berkembang secara keseluruhan telah membuat kemajuan langkah-langkah yang berarti dalam mengatasi kemiskinan esktrim.
Namun, lanjutnya, terdapat sekitar 663 juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan di sejumlah negara termiskin yang mengindikasikan bahwa masih terdapat kerentanan yang dihadapi banyak orang miskin di dunia. Median garis kemiskinan dengan penghasilan sebesar US$1,25 per hari adalah angka rata-rata di 10 dari 20 negara termiskin di dunia. Sedangkan median garis kemiskinan sebesar 2 dolar AS per hari (untuk negara-negara berkembang) hanya menunjukkan sedikit penurunan dari 2,59 miliar orang pada 1981 hingga 2,47 miliar orang pada 2008.
Direktur Grup Pengurangan Kemiskinan Bank Dunia Jaime Saavedra menyatakan, masih terdapatnya 22 persen dari penduduk negara berkembang yang hidup di bawah US$1,25 per hari dan 43 persen hidup di bawah US$2 per hari merupakan hal yang tidak bisa ditoleransi.
“Dari sisi kebijakan dan program, kita butuh terus mengatasi kemiskinan dalam banyak medan, mulai dari menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik, memberikan jasa kesehatan dan pelayanan serta infrastruktur dasar, dan melindungi kaum rentan,” kata Jaime Saavedra.
Ia juga mengatakan, dari sisi pengukuran, negara-negara mesti mengembangkan pengumpulan data dan memperkuat kapasitas statistik, khususnya di negara-negara berpenghasilan rendah. Metodologi yang dilakukan Bank Dunia adalah berdasarkan tingkat konsumsi dan pendapatan yang diselaraskan dengan tingkat inflasi dan perbedaan daya beli yang terdapat di berbagai negara di dunia.
Untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, sekitar 14 persen populasinya masih hidup di bawah US$1,25 per hari pada 2008, atau menurun dari sebanyak 77 persen pada 1981, saat kawasan itu masih memiliki tingkat kemiskinan tertinggi di dunia.
JIBI/SOLOPOS/Ant
Editor: | Dalam Berita Pilihan,Internasional

Tinggalkan Pesan

    Syarat dan Ketentuan:
  1. Tulisan singkat, padat, Sopan
  2. Tulisan bukan SARA, bukan fitnah, tidak promosi atau mendiskreditkan pihak maupun produk tertentu.
  3. Format HTML tidak dapat ditampilkan, hanya file text yang akan ditampilkan.





Komentar Terakhir

  • lanchizs: Alkamdulilah klau gak kayakdulu,karena kakakxu dipleret bantul pusat terbanyank yg meninggal waktu itu,...
  • disam@yahoo.com: mngkin salah prediksi haluan untuk mndahului yg dpan SK u yg tercpat and kurang wspada gelombang...
  • Iman: wong sudah punya jabatan kok malah mau dicalonkan, mending di solo aja pak ! ato nanti kalo bener2 jadi wagub...
  • Hermanto: Bismillahirrohmanirrohiim, smoga ustadz HNW menjadi solusi bagi DKI dan Indonesia
  • edy m: sepertinya, jokowi-ahok, akan jadi ya……. tapi…aha..kayaknya gak jadi tuh………
Alexa Certified Traffic Ranking for www.harianjogja.com
JOGJAKARTA: Kota Jogja | Bantul | Sleman | Kulonprogo | Gunung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar